Bagian #2
“Kata-kata bagai peluru
yang mampu menembus ribuan kepala. Ucap Sayyid Qutb. Namun, apakah benar
begitu? Bukankah kata-kata tak punya moncong seperti senapan satuan pengaman
kenegaraan? Ia hanya berbentuk untaian gagasan yang dirangkai, dan membentuk
kalimat utuh berisikan pisau pemikiran, lalu kalimat itu dilingkari paradigma,
dan terbagi dari frasa dan klausa.”
***
(GLM kembali gelar Lapak Baca Gratis di pusat kota) |
Syahdan. Gerakan Literasi Masyarakat lebih pantas disebut forum karena kelak ia akan menghimpun pemuda-pemudi nagari. Meskipun ia masih merangkak dan belajar mengenali alam raya, tetapi mimpi menggapai angkasa masih menyala.
Sebagai pemuda-pemudi
yang tengah merintis gerakan, kami perlu memperdalam rencana dan tujuan secara
sistematis, terstruktur, dan terorganisir. Kami pula sangat ingin menanyakan
hal ini kepada diri pribadi. Kenapa harus Gerakan Literasi Masyarakat? Mengapa
harus pemuda-pemudi yang menjadi penggerak? Bagaimana cara merealisasikan
gagasan, menuangkan ide, dan berinovasi dalam Gerakan Literasi Masyarakat yang
masih belia ini?
Pertanyaan tersebut lahir
bukan sekedar ada, namun untuk renungan, apa pentingnya literasi bagi kehidupan.
Belakangan hari, banyak komunitas nagari tempat gerakan ini ada telah pula berdiri
dengan tetek-bengek nama yang mengindikasikan wadah atau forum pemuda yang
menghimpun kegiatan satu hobi. Namun apakah kini masih ada dan jelas berdirinya
untuk apa? Maaf terlalu terang. Sebab jika kelam akan tak nampak para pejuang
hebat nagari yang kami cintai.
Kini di Gerakan
Literasi Masyarakat ini. Kami berusaha menepis beragam hal yang utopis. Kami mencoba
metode, pendekatan persahabatan, dan menerawang akar permasalahan. Agar
fundamental yang kokoh dan inti masalah dapat terpecahkan. Dan kami juga dapat
mengambil suatu kesimpulan. Kenapa setiap jiwa masih terpaku dan tak mau tahu?
Literasi pun bersumber
dari al-Qur’an yang tak lekang di panas dan tak lapuk di hujan. Literasi,
berangkat dari inspirasi Q.S al-Alaq ayat 1 yang secara interpretasi; Iqra’
atau bacalah, dengan lanjutan “dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.”
Maka, di sinilah kami menaruh harapan yang barang tentu dengan keikhlasan hati
dapat tahan menghadapi beragam fenomena dan rintangan. Kita juga menaruh
harapan yang barang tentu mengokohkan jiwa dengan tawakkal. Kemudian kita
menaruh harapan bahwa, Gerakan Literasi Masyatakat ini akan terus hidup yang nantinya
meregenerasi pemuda-pemudi tempat berdirinya gerakan ini bermulai.
Literasi yang bernafaskan
moral, dan berhembus dari rahim kesadaran, akan menjadi wadah penghimpun pemuda-pemudi
agar saling merangkul dalam lingkar kebermanfaatan. Kami akan berusaha menanggalkan
sekte-sekte, kelas sosial, dan latar belakang. Kami akan bergerak dengan
ayunan, langkahan, dan tujuan yang sama, yaitu menyinarkan sosial-edukasi
literasi nagari dengan kesolidan. Kita mengingat bahwa, segala yang berawal
dengan kebaikan akan lahir dengan kebaikan. Selagi niat kita baik, maka seluruh
makhluk hidup di semesta ini akan turut mendukung dan mendo’akan.
***
Baca,
baca, dan bacalah. Dengan membaca manusia akan mengerti setiap apa yang
dilihatnya. Manusia akan mengerti dengan pemahaman mendalam dan tidak akan
memakai sudut pandang kulit luar. Banyak orang yang salah kaprah, persepsi,
sehingga tanggapan tak sesuai ekpetasi. Islam mengajarkan umatnya untuk
bertabayyun, dan semua agamapun pasti mengajarkan untuk tidak tergesa-gesa dalam
mengambil suatu kesimpulan. Maka membaca, termasuk salah satu kunci mencegah
rasa curiga.
Dalam Gerakan Literasi
Masyarakat, saudara bukan dipaksa, bahkan tak ada unsur paksa di dalamnya.
Dengan kerelaan hati, kelapanagn jiwa, dan keringanan raga, saudara di ajak
untuk mau membuka mata. Lihatlah, cakrawala terbentang luas yang menghimpun
bumi bagian Barat, Timur, Selatan, dan Utara. Apalagi di Indonesia, ada Barat
di Sabang bagian Aceh, Timur di Papua, Miangas di Utara, hingga Rote di
Selatan.
Baca, baca, dan bacalah
dengan hati terbuka. Hindari perasangka serta pertikaian yang tiada guna. Kita
bukan musuh, negara kita sudah merdeka. Maka sifat inlender sebagai sifat
bangsa terjajah buanglah jauh ke lautan terdalam. Kita merdeka saudara, merdeka
sejak hati, lahir, dan pikiran. Membaca untuk melawan. Melawan kebodohan dan
kungkungan lingkungan.
Komentar
Posting Komentar